Sabtu , 15-November-2025

Lubuk Toman Disulap Jadi Kawasan Tambang Emas Ilegal: 22 Titik Aktif, Puluhan Alat Berat Beroperasi Diduga di Bawah Pembiaran Aparat

Ketapang, Kalimantan Barat, mediaberantaskriminal.com – Kawasan Lubuk Toman, Kecamatan MHS Matan Hilir Selatan  Kabupaten Ketapang kini menyeruak sebagai wilayah pertambangan emas ilegal (PETI) paling aktif dan paling terang-terangan di Kalimantan Barat. Ironisnya, aktivitas berlangsung massif, tetapi pemerintah daerah dan aparat hukum memilih bungkam.

Investigasi tim LKRINews mengungkap sedikitnya 22 titik operasi PETI, dengan total lebih dari 30 unit alat berat dan dompeng bekerja tanpa izin resmi. Tak hanya itu, data lapangan menunjukkan keterlibatan beberapa pihak kuat dan indikasi praktik pembiaran oleh oknum aparat penegak hukum (APH).

Daftar Nama, Dompeng, dan Alat Berat: Semua Terbuka, Tapi Negara Tutup Mata. Berikut data sebagian aktivitas PETI yang ditemukan tim di Lubuk Toman:

 

No                                               Nama               Dompeng            Unit Alat Berat  Pengurus             Pemilik

 

1                                                   Madin              2 set      Hitachi  Yan Ule Tobing

2                                                   Mansur           2 set      SANY H01            Mansur                Mansur

3                                                   Saryadi            1 set      Sumitomo           Saryadi Saryadi

4                                                   Heri  2 set      Hitachi  Saryadi Saryadi

5                                                   Ramli                1 set      Sumitomo           Win        Hendri

6                                                   Aris   3 set      Sumitomo           Win        Hendri

7                                                   Ujang Salim   2 set      Sumitomo H02  Ujang Salim        Ujang Salim

8                                                   Dayat               2 set      Sumitomo           Win        Hendri

9                                                   Munanti         1 set      CAT H02 (rusak)                –              Munanti

10                                                 Munanti         1 set      Liuggong              Roni Paslah         Aboy (Ahin)

11                                                 Gendon          3 set      CAT        Aboy Gemuk     Ahin

12–22                                         Ladin, Anto, Mansur Kecil, Sarpon, Yan Ule, Pak Uki, Mengkong, Sam, Pak Ustad, Pak Holil      ±11 set                                               –         –              –

 

Sebagian unit disebut dikelola oleh sosok “Win”, dengan pemilik alat berat seperti Hendri, Aboy/Ahin, dan Maknyah Fendi yang dikenal luas oleh warga sekitar.

“Semua orang tahu siapa pemainnya. Kalau dompeng bisa jalan 24 jam, lalu siapa yang jaga? Siapa yang biarkan?” ucap sumber lapangan dari jaringan tokoh adat, yang minta namanya dirahasiakan.

Wartawan Dipukul, Alat Berat Bebas Masuk

Tak hanya merusak lingkungan, situasi ini menambah daftar panjang kasus kriminalisasi terhadap jurnalis. Sebulan lalu, seorang wartawan dipukul saat mencoba mendokumentasikan aktivitas tambang ilegal di lokasi yang sama. Hingga kini, tidak ada satu pun pelaku yang diproses.

Sebaliknya, alat berat tetap bekerja. Tambang tetap beroperasi. Aparat tetap diam.

“Ini bukan lagi soal tambang ilegal. Ini tentang kegagalan negara dalam menegakkan hukum secara adil,” kata pengamat pertambangan Kalimantan Barat, dalam diskusi terbatas di Pontianak.

Gakkum ESDM dan Kementerian Terkait Harus Turun Langsung

Tim LKRINews mendesak Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian ESDM, Kementerian ATR/BPN, dan Komisi VII DPR RI segera turun ke lapangan.

“Jangan biarkan hukum hanya tajam ke rakyat kecil dan tumpul ke cukong tambang. Ini waktunya negara hadir,” tegas pernyataan Koalisi Masyarakat Sipil Kalbar untuk Tambang Bersih.

Lubuk Toman: Cermin Negara yang Gagal Menjaga Hutan, Hukum, dan Harapan

Lubuk Toman kini menjadi simbol kerusakan tata kelola pertambangan. Lingkungan rusak. Sungai tercemar. Hukum lumpuh. Warga terpecah. Dan kekerasan terhadap wartawan dibiarkan.

Jika negara tetap diam, publik akan menyimpulkan bahwa tambang ilegal bukan lagi persoalan hukum — tapi jaringan kekuasaan yang dibiarkan tumbuh dan merusak dari dalam.

“Lubuk Toman adalah ujian, bukan hanya bagi ESDM, tapi juga bagi moralitas negara.”

Tim : Investigasi

About Author